Pengaruh Bias dalam Perbincangan Kegagalan Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20: Mengapa Aku Memilih Tidak Terlibat



 Piala Dunia U-20 baru-baru ini menjadi sorotan di kalangan masyarakat dan menarik banyak perhatian. Meskipun ada yang sangat antusias mengikuti perkembangan turnamen ini, beberapa orang, seperti Aku, memiliki bias yang membuat mereka kurang tertarik untuk terlibat dalam diskusi mengenai topik tersebut. 

Bias, sebagai preferensi atau kecenderungan pribadi yang tidak objektif, bisa mempengaruhi cara seseorang memandang dan mengevaluasi suatu topik. 

Dalam hal ini, Aku mengungkapkan ketidaktertarikan terhadap sepak bola, sehingga memilih untuk tidak ikut dalam perbincangan mengenai Piala Dunia U-20.

Istri dan Aku sedang membahas soal Piala Dunia U-20 yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Berikut adalah pembicaraan mereka:

Istri : “Yah, nggak komen soal U-20?” (Istri menanyakan pendapat Aku tentang Piala Dunia U-20)

Aku : “Nggak. Aku punya bias soalnya.” (Aku menjelaskan bahwa dia memiliki bias terhadap topik tersebut)

Istri : “Apa itu, Yah?” ( Istri ingin tahu apa bias yang dimiliki Aku)

Aku : “Aku nggak suka bola.” (Aku mengungkapkan bahwa dia tidak tertarik pada sepak bola)

Ayah : “Paling nggak soal kejadian.” (Istri meminta Aku untuk memberikan pendapat tentang peristiwa yang terjadi dalam konteks Piala Dunia U-20)

Aku : “Buat apa? Setiap pihak punya dasar. Dan sekarang sudah pada main perasaan. Perasaan itu tidak bisa didebat.” (Aku menegaskan bahwa tidak ingin membahas hal tersebut karena setiap pihak memiliki pandangan dan dasar mereka sendiri, dan sekarang perdebatan lebih banyak didasarkan pada perasaan daripada fakta atau argumen yang logis)

Pembicaraan ini mencerminkan bagaimana Aku tidak ingin terlibat dalam diskusi soal Piala Dunia U-20, karena dia memiliki bias dan merasa bahwa perdebatan yang ada saat ini tidak produktif.

Perasaan tidak bisa diperdebatkan karena perasaan merupakan respons emosional individu yang dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, nilai, dan preferensi pribadi. Berikut beberapa alasan mengapa perasaan sulit diperdebatkan:

Subjektivitas: Perasaan bersifat subjektif dan dapat berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, mengajukan argumen rasional untuk membahas perasaan seseorang seringkali tidak efektif.

Pengalaman pribadi: Setiap orang memiliki pengalaman pribadi yang unik yang membentuk perasaan mereka. Pengalaman ini tidak dapat dibagi atau sepenuhnya dipahami oleh orang lain, sehingga membuat perdebatan menjadi sulit.

Kompleksitas emosional: Perasaan merupakan bagian dari proses emosional yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor, seperti ingatan, harapan, dan kekhawatiran. Menyederhanakan perasaan menjadi argumen rasional sering kali tidak mencakup semua aspek yang terlibat.

Kebutuhan empati: Ketika seseorang mengungkapkan perasaan mereka, mereka biasanya mencari empati dan pengertian, bukan perdebatan. Mendebat perasaan seseorang dapat membuat mereka merasa tidak didengar atau tidak dihargai, yang bisa merusak hubungan.

Tidak ada "benar" atau "salah": Tidak seperti fakta atau logika, perasaan tidak dapat dinilai sebagai benar atau salah. Mereka merupakan reaksi pribadi terhadap situasi, dan tidak ada cara yang benar atau salah untuk merasakan sesuatu.

Bias adalah kecenderungan atau preferensi yang tidak objektif yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, menilai, atau memahami sesuatu. Bias ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, latar belakang budaya, pendidikan, keyakinan, atau nilai-nilai yang dianut seseorang.

Bias bisa mempengaruhi cara seseorang memandang dunia dan membuat mereka lebih cenderung untuk menyukai atau mendukung satu ide, pendapat, atau kelompok tertentu daripada yang lain. Hal ini dapat menyebabkan penilaian yang kurang objektif dan adil terhadap topik atau situasi tertentu.

Dalam konteks percakapan sebelumnya, Aku menyatakan memiliki bias terhadap sepak bola, yang berarti dia memiliki kecenderungan atau preferensi pribadi yang membuatnya tidak tertarik untuk membahas atau mengevaluasi topik tersebut secara objektif.